Sabtu, 15 Januari 2011

BOOK REPORT MSI (Metode Penelitian Agama Perspektif Ilmu Perbandingan Agama)


A.       PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk Allah selalu menghadapi banyak tantangan. Kemajuan serta eksistensi manusia itu sendiri sangat bergantung kepada tekad manusia untuk menjawab tantangan dan kesanggupan manusia untuk memecahkan masalah yang kompleks dalam hidupnya. Penelitian memegang peranan penting dalam membantu manusia untuk memperoleh pengetahuan baru dalam membantu manusia untuk memperoleh pengetahuan baru dalam memecahkan masalah. Penelitian akan menambah ragam pengetahuan lama dalam memecahkan masalah.
Kerja memecahkan masalah akan sangat berbeda antara seorang ilmuwan dan seorang awam. Seorang ilmuwan selalu menempatkan logika serta menghindarkan diri dari pertimbangan subjektif. Sebaliknnya bagi orang awam, kerja memecahkan masalah dilandasi oleh campuran pandangan perorangan ataupun dengan apa yang dianggap masuk akal oleh banyak orang.
Dalam meneliti, seorang ilmuwan dapat saja mempunyai teknik, pendekatan ataupun cara yang berbeda dengan seorang ilmuwan lainnya. Tetapi kedua ilmuwan tersebut tetap mempunyai satu falsafah yang sama dalam memecahkan masalah, yaitu menggunakan metode ilmuwan dalam meneliti. Seperti diketahui, ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh suatu interelasi yang sistematis dari fakta-fakta. Metode ilmiah adalah suatu pengejaran (pursuit) dari ideal ilmu itu.         
Dalam melakukan analisis data penelitian perbandingan agama dapat digunakan tiga metode.
Pertama, simetris, dalam hal ini seorang peneliti melakukan perbandingan setelah masing-masing konsep, ajaran, pandangan, atau realitas diuraikan secara lengkap. Dalam hal ini harus ada penegasan mengenai hal yang dibandingkan apakah penampakan yang kongkrit atau sampai pada dasar-dasar ajaran agama.
Kedua, asimetris, yaitu analisis yang dimulai  dengan menguraikan ajaran, konsep-konsep dan pandangan pertama, kemudian sambil memberikan deskripsi tentang ajaran, konsep-konsep dan pandangan kedua, langsung dibuat perbandingan dengan agama yang pertama diuraikan.
Ketiga, perbandingan segitiga, yaitu suatu analisis perbandingan dengan membandingkan ajaran, konsep, dan pandangan ketiga yang mungkin lebih lengkap dan melakukan tinjauan dari sudut lain. Dengan demikian akan jelas apa yang dimaksud dengan dua yang sedang dibandingkan.
Bentuk-bentuk penelitian serta klasifikasi metode penelitian dapat dibedakan berdasarkan tujuan penelitian, jenis data yang dikumpulkan, serta sumber data. Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, penelitian dapat dibedakan menjadi: (a) eksploratif, (b) deskriptif, (c) historis, (d) kerelasional, (e) eksperimen. Berdasarkan sumber data, penelitian dapat dibedakan menjadi (a) penelitian lapangan dan (b) penelitian kepustakaan. Selain itu, penelitian dapat dibedakan menurut jenis data dan kepustakaan. Selain itu penelitian dapat dibedakan menurut jenis data dan proses penelitian menjadi (a) penelitian kuantitatif dan (b) penelitian kualitatif.
1.2  Perumusan Masalah
a.       Apa yang dimaksud dengan metode penelitian eksploratif?
b.      Apakah yang disebut metode penelitian sejarah?
c.       Bagaimanakah Metode Penelitian Deskriptif?
d.      Apa yang dimaksud dengan metode penelitian korelasional?
e.       Bagaimana metode penelitian eksperimen?
f.       Bagaimanakah macam-macam pendekatan ilmiah dalam penelitian agama?
g.       
1.3  Identitas Buku
a.       Judul Buku            : Metode Penelitian Agama (Perspektif Ilmu                                                               Perbanndingan Agama)
b.      Pengarang                         : Dr. H. Dadang Kahmad, M.Si
c.       Penerjemah            : -
d.      Penerbit                 : CV Pustaka Setia
e.       Tahun Terbit          : Januari 2000
f.       Cetakan                 : Pertama
B.     RESUME
1.1  Metode penelitian eksploratif
Gejala keagamaan dapat diteliti secara eksploratif bila peneliti belum banyak mengetahui informasi tentang gejala-gejala keagamaaan tersebut. Bila disuatu tempat terjadi gejala keagamaan tertentu seperti fatwa yang menghalalkan berzina asal dimulai dengan membaca basmallahi, maka fenomena keagamaan tersebut dapat dieksplorasi, baik melalui telaah kepustakaan (seperti melalui Koran dan majalah) data sslapangan, maupun gabungan antara keduannya.
Penelitian eksploratif dapat digunakan untuk mengamati gejala keagamaan yang sedang terjadi, atau gejala keagaman yang terjadi diasa lalu. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian eksploratif, dapat dikembangkan berbagai penelitian lain, seperti penelitian histories, deskriptif, kerelasional dan eksperimen. Karena itu, penelitian eksploratif sering disebut penelitian pendahuluan.
1.2  Metode penelitian sejarah
Bila gejala keagamaan terjadi dimasa lampau dan peneliti berminat mengetahuinya, maka peneliti dapat melakukan penelitian sejarah yakni melakukan rekonstruksi terhadap fenomena masa lampau baik gejala keagamaan yang terkait dengan masalah politik, sosial, ekonomi dan budaya. Bagaimana peran pesantren dan kiyai dalam melakukan perlawanan terhadap tentara belanda dalam agresi militer kedua (tahun 1984)?. Sejarah ini belum terlalu lama berlalu sehingga masih banyak saksi hidup. Karena itu, untuk merekonstruksinya, peneliti dapat melakukan wawancara mendalam dengan pelaku sejarah dan saksi hidup. Juga dapat melakukan telaah kepustakaan, seperti Koran, majalah, arsip, dokumen-dokumen pribadi dan lain sebagainya.
1.3  Metode Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif ialah sebuah penelitian yang bertujuan menggambarkan gejala sosial, politik, ekonomi dan budaya. Dalam penelitian agama, penelitian deskriptif berusaha menggambarkan suatu gejala keagamaan.
Penelitian deskriptif berbeda dengan penelitian eksploratif, peelitian eksploratif belum memiliki variabel yang menjadi fokus pengamatan, karena peneliti belum banyak memperoleh informasi tentang gejala keagamaan tersebut. Sedangkan penelitian deskriptif sudah memiliki variabel yang menjadi fokus pengamatan. Dalam penelitian deskriptif variabel yang menjadi fokus pengamatan boleh lebih dari satu, sesuai minat peneliti.
Penelitian deskriptif dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Selain itu, penelitian deskriptif dapat menggunakan data kepustakaan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis terhadap kepustakaan secara kuantitatif sering disebut analisis isi. Contohnya: penelitian deskriptif ini adalah: Ketaatan beragama buruh-buruh pabrik di serang Banten;, Pola kepemimpinan kiyai di tiga pesantren di Banten,; Etika kepemimpinan menurut ajaran ahlus sunnah wal jama’ah.
1.4  Metode Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional ialah penelitian yang berusaha menghubungkan atau mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel lain. Karena itu, dalam penelitian korelasional dikenal adanya variabel bebas (variabel yang diduga mempengaruhi variabel lain) dan variabel terikat (variabel yang diduga dipengaruhi oleh variabel bebas).
Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dapat dibuktikan dengan data lapangan (baik secara kualitatif maupun kuantitatif) dan data hasil studi kepustakaan ,atau gabungan antara studi lapagnan dengan hasil studi kepustakaan. Contohnya: Hubungan pendidikan agama denga ketaatan beragama buruh pabrik di wilayah serang dan cilegon, Banten.
1.5  Metode Penelitian Eksperimen
Suatu fenomena dalam kehidupan sosial keagamaan seringkali terjadi bukan disebabkan oleh satu variabel melainkan akibat dari berbagai variabel secara simultan. Penelitian korelasional hanya menelaah salah satu atau beberapa variabel bagi terjadinya suatu fenomena sosial. Variabel-variabel itu dipilih berdasarkan telaahan logis atau berdasarkan teori tertentu. Penelitan tersebut akan membuktikan sejauh mana variabel yang dipilih memiliki hubungan dengan terjadinya suatu fenomena sosial keagamaan; atau sejauh mana variabel-variabel tersebut memberi pegnaruh bagi terjadinya fenomena keagamaan tertentu.
1.6  Pendekatan Ilmiah Dalam Penelitian Agama
1.      Pendekatan ilmiah yang relevan
Dalam pembahasan dikemukakan bahwa penelitaian agama adalah penelitian tentang agama dalam arti ajaran, bilief (sistem kepercayaan)(ilmu-ilmu keagamaan), sosiologi antropologi, psikologi, filologi, sejarah dan filsafat. atau sebagai fenomena budaya; dan agama dalam arti keberagaman , perilaku beragama atau sebagai fenomena sosial. Karena itu, diperlukan teori ilmiah yang relevan untuk penelitian agama. Dalam perbahasan ini, teori-teori ilmiah itu digunakan sebagai pendekatan sekaligus sebagai model dalam penelitian agama. Teori ilmiah itu meliputi teologi.


2.      Pendekatan teologis
Istilah  teologi lahir dalam tradisi Kristen. Secara harfiah, teologi berasal dari bahasa Yunani, theos dan logos yang berarti ilmu ketuhanan. Istilah teologi dalam bahasa Yunani tersebut dalam tradisi Islam dikenal dengan ilmu kalam yang berarti perkataan-perkataan manusia tentang Allah. Tetapi pengertian ini menurut Steenbrink dianggap kurang cocok karena mengenai ketuhanan, baik wujud, sifat, dan perbuatan-Nya, yang dengan ilmu kalam atau ilmu luhut yang oleh Al-Ahwani diartikan sebagai rangkaian argumentasi rasional yang disusun secara sistematik untuk memperkokoh kebenaran akidah agama Islam. A. Hanafi mengartikan ilmu kalam sebagai upaya mempertahankan keyakinan seputar masalah ketuhanan dari serangan-serangan pihak luar dengan menggunakan pendekatan filafat atau dalil-dalil aqli.
3.      Pendekatan sosiologis
Sosiologi agama dirumuskan secara luas sebagai suatu studi tentang interelasi dari agama dan masyarakat serta bentuk-bentuk  interaksi yang terjadi antar mereka. Anggapan para sosiolog bahwa dorongan-dorongan, gagasan-gagasan, dan kelembagaan agama mempengaruhi dan sebaliknya juga dipengaruhi oleh kekuatan kekuatan sosial adalah tepat. Jadi seseorang sosiolog agama bertugas menyelidiki bagaimana tata cara masyarakat, kebudayaan dan pribadi-pribadi mempengaruhi agama sebagaimana agama itu sendiri mempengaruhi mereka. Kelompok-kelompok yang berpengaruh terhadap agama, fungsi-fungsi ibadat untuk masyarakat, tipologi dari lembaga-lembaga keagamaan dan tanggapan-tanggapan agama terhadap tata duniawi, interaksi langsung dan tidak langsung antara sistem-sistem religius dan masyarakat, dan sebagainya termasuk bidang penelitian sosiologi agama.
Sosiologi agama mempelajari aspek sosial agama. Objek penelitian agama dengan pendekatan sosiologi menurut keith A. Robert memfokuskan pada :
a.       Kelompok-kelompok dan lembaga keagamaan (meliputi pembentukannya, kegiatan demi kelangsungan hidupnya, pemeliharaannya, dan pembubarannya.)
b.      Perilaku individu dalam kelompok-kelompok tersebut (proses sosial yang mempengaruhi stasus keagamaan dan perilaku ritual.)
c.       Konflik antar kelompok.
4.      Pendekatan Antropologi
Sosiologi dalam sejarahnya digunakan untuk mengkaji masyarakat modern, sementara antropologi mengkhususkan diri terhadap masyarakat primitif. Antropologi sosial agama berkaitan dengan soal-soal upacara, kepercayaan tindakan dan kebiasaan yang tetap dalam masyarakat sebelum mengenal tulisan yang menunjuk pada apa yang dianggap suci dan supranatural. Sekarang terdapat kecenderungan antropologi tidak hanya digunakan untuk meneliti masyarakat primitif, melainkan juga masyarakat yang komplek dan maju menganalisis simbolisme dalam agama dan mitos, serta mencoba mengembangkan metode baru yang lebih tepat untuk studi agama dan mitos. Antropologi agama memandang agama sebagai fenomena kultural dalam pengungkapannya yang beragam, khususnya tentang kebiasaan, peribadatan dan kepercayaan dalam hubungan-hubungan sosial.
5.      Pendekatan Psikologi
Psikologi agama adalah studi mengenai aspek psikologis dari perilaku beragama, baik sebagai individu (aspek individuo-psikologis) maupun secara berkelompok/anggota-anggota dari suatu kelompok (aspek sosio-psikologis). Aspek psikologis dari perilaku beragama berupa pengalaman religius, seperti:
1)   Ketika seseorang berada dalam puncak spiritual, seperti Mi’rajnya Nabi menghadap sang Kholiq, atau ketika seseorang Muslim khusyu’ dalam sholatnya, atau orang kristiani dalam doa dan nyanyian.
2)   Ketika seseorang menerima wahyu/ ilham/ mendengarkan suara hati, ketika berkomunikasi dengan sang  Kholiq, yang ilahi dan supranatural.

C.    KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
1.      Kelebihan
-          Menjelaskan tentang orientasi penelitian pembandingan agama.
-          Menjelaskan tentang tujuan penelitian ilmu perbandingan agama
-          Menjelaskan tentang karakteristik metode penelitian ilmu perbandingan agama.
-          Menjelaskan tentang metode dan pendekatan ilmu pembandingan agama.
-          Menjelaskan tentang tahapan penelitian agama.
-          Menjelaskan tentang teknik pemeriksaan keabsahan data.
-          Menjelaskan tentang studi kritis hasil pembandingan agama.
-          Menjelaskan tentang penelitian berbagai kepercaan.
-          Menjelaskan tentang penelitian berbagai peranan dalam keagamaan.
-          Menjelaskan tentang dimensi pengalaman keagamaan.
2.      Kekurangan
Menurut saya, dalam buku ini tidak banyak kekurangan dikarenakan bahasanya yang mudah dipahami dan tidak rumit untuk dimengerti. Tetapi ada satu yang mungkin bisa menjadi bahan perbaikan adalah cover yang kurang menarik sehingga kurang diminati oleh para pembaca. Karena cover merupakan daya tarik yang sangat singnifikan untuk menarik minat para pembaca.


D.    KESIMPULAN
Ilmu perbandingan agama sebagai ilmu yang otonom atau ilmu yang berdiri sendiri yang memakai pendekatan keilmuan, merupakan ilmu yang baru muncul pada abad ke-19, hampir bersamaan dengan munculnya ilmu bahasa. Fokus kajian serta ilmu ini adalah unsur-unsur umum dari agama–agama yang berbeda-beda, yang selanjutnya melakukan deduksi dan generalisasi terhadap penomena-penomena yang ditemukan untuk merumuskan hukum-hukum perkembangan dan pola-pola variasi ajaran-ajarannya. Secara khusus, ilmu ini berusaha mencari dan merumuskan bentuk-bentuk agama yang pertama (azali) serta asal usul agama.
Walaupun ilmu perbandingan agama sebagai ilmu yang otonom baru dimulai pada abad ke-19, minat dan perhatian orang terhadap kajian agama-agama sebenarnya sudah ada sejak masa lampau. Misalnya, studi terhadap agama yang dilakukan Cicero (zaman Yunani), pada akhir abad ke-15 Masehi. Dengan demikian, ilmu perbandingan agama tidak lahir secara mendadak dan kebetulan, melaikan telah dirintis sejak lama melalui perjalanan sejarah yang panjang. Proses kelahiran ilmu perbandingan agama mencapai puncaknya pada pertengahan abad ke-19, bersamaan dengan penemuan-penemuan dalam segala cabang ilmu yang berhubungan dengan kebudayaan Timur (Oriental) dan berkat perkembangannya ilmu bahasa Indo-Eropa, serta perkembangan ilmu sosial pada umumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar